Kamis, 28 Januari 2010

Sukses di dunia, bahagia di akhirat

ومنهم من يقول ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اللآخرة حسنة
kesuksesan tidak akan membuahkan kenikmatan dan tidak akan ada kebahagiaan,kecuali jika sumber keberhasilannya adalh berasal atau sesuai dgn norma2 Allah subehanahu wata'ala. Hal ini sangat jelas dikatakan oleh Pencita Manusia yang Mengetahui Segala hal Tentang Manusia.
(Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya)AlKahfi 103.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya
(jadi,nikmat kesuksesan ,adalah kebahagiaan)

Perbedaan orang sukses dan orang yang gagal


Orang sukses (OS) adalah orang selalu fokus dalam pekerjaanya
Orang sukses adalah orang yang berfikir didalam memecahkan masalah,sedang orang gagal (OG) selalu berfikir di dalam masalah.
OS,tak habis pola fikirnya,sedang OG tak kan habis udzurnya
OS,akan selalu membantu orang lain,OG,masih diprediksi
OS,selalu melihat jalan keluar dalm masalh,OG selalu melihat masalah dalam setiap jalan keluar
OS,selalu berkata,jalan keluar itu sulit,tapi mungkin dilakukan,OG berkata; jalan keluar mungkin tapi sulit dilakukan
OS,memiliki cita2 yang akan diwujudkannya,OG memliki angan2 yang selalu mengacaukannya
Os,berkata:pergaulilah manusia dengan pergaulan yagn kamu suka diperlakukan dengannnya,OG,berkata:tipulah manusia sebelum mereka menipumu
Os,berkata:pergaulilah manusia dengan pergaulan yang kamu suka diperlakukan dengannnya,OG,berkata:tipulah manusia sebelum mereka menipumu
OS,selalu melihat adanya cita2 dalam bekerja,OG selalu merasa sakit di didalamnya
OS selalu menatap masa depan,OG selalu menengok ke masa silam
OS,selalu membuat peristiwa,OG selalu dibentuk oleh peristiwa

Anda termasuk yang mana ? kalo OG, yah.....tapi masi bisa diubah kok....sekanag ubahlah jadi OG jangan tunggu sampai nanti karena orang bijak berkata :
"Barang siapa yang selalu menanam benih 'nanti' akan tumbuh pohon yang bernama 'mudah2an',yang buahnya bernama 'seandainya',rasanya pahit bernama 'penyesalan'" oleh karena jangan katakan "Nanti" tapi sekarang juga"

Muhammad Asfar
Makassar 28 januari 2010.

Rabu, 27 Januari 2010

Renungkan siapa diri anda

Mari coba renungi diri ini
Ia tidak lebih hanya jasad dan jiwa
ketika jiwa ini pergi
maka tinggallah ia menjadi jasad tak berguna

Jiwa ini pun bukan milik kita
Ia hanya dititpkan di jasad ini
Kapan saja pemiliknya dapat mengambilnya
kitapun tak punya kuasa menghalangi

Renungkan siapa diri ini

merasa lebih hebat ketika memiliki harta segudang
merasa lebih kuat ketika memiliki jabatan tinggi
sehingga menjadi congkak dan sombong

padahal ia tidak kekal
semua itu akan sirna
kecuali amal kebaikan yang telah di perbuatnya
yang akan menjadi bekal

siapakah diri ini ?
yang berani berbuat maksiat
sedang ada malaikat yang setia
menulis setiap maksiat yang diperbuat

siapakah diri ini ?
yang berani-beraninya menentang perintahNYA
sedang setiap kebutuhannya disediakan olehNYA

Ya Allah, Yang Maha Pengampun ampunilah dosaku
kutunduk pasrah memohon kepadaMu
karena kutahu Engkau pasti mendengar rintihanku
dan mengampuni dosaku

Muhammad Asfar
Makassar 27 januari 2010

Minggu, 24 Januari 2010

Akhwat sholihah

Akhawaat sholihah
Adalah perhiasan yang indah,
Idaman setiap ikhwah,
Ia lembut tapi tidak lemah.

Ia tahu bagaimana menjaga diri dan keluarga,
Mengerti bagaimana menjaga akhlak dan kemuliaannya,
Ilmunya telah mengangkatnya
Ke derajat yang lebih dari wanita yang lainnya

Mendampinginya adalah anugerah yang terindah,
Tapi, masih adakah yang seperti itu ?



Minggu, 17 Januari 2010

Kebiasaan


"ah, itusih sudah biasa"
"Beginilah karena sudah terbiasa"
"itu mah, sudah jadi kebiasaan"
"ala bisa karena biasa"

Itulah mungkin kata-kata yang selalu kita dengar atau bahkan kita sering ucapkan.
"kebiasaan" apa sih kebiasaan itu ? oleh bapak Dr. Anriyansyah Arifin mendefinisikan bahwa kebiasaan adalah hal-hal yang dilakukan setiap harinya bahkan tanpa kita sadari. Kebiasaan itu sendiri terbagi dua Yakni :
1. Kebiasaan yang baik seperti ; Selalu sholat tepat waktu, selalu membuat rencana jika ingin melakukan sesuatu hal, hormat pada orang lain, dll
2. Kebiasaan yang Buruk.; berfikir negatif terhadap setiap orang, suka menceritakan keburukan/kejelekan orang, tidak percaya diri, selalu menyalahkan orang lain, selalu berbohong, dll.

Selain kebiasaan yang dua tadi itu baik dan buruk ada pula kebiasaan yang tidak relevan seperti ; mandi malam-malam (karena ini bisa membahayakan diri sendiri karena bisa kena penyakit paru-paru basah), makan bubur pakai garpu (ha...ha...tapi ada loh yang kayak gini), membaca majalah dari belakang ke depan (ini sih mungkin dianggap sah-sah saja tapi lebih baik kalo dibiasakan dari depan ke belakang.

Saya teringat pesan dosen saya (pak Nasaruddin Salam, ST, MT, PR III Unhas) dalam suatu seminar, beliau mengutip perkataan Samuel Smiles :
Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan
Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan
Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter
Taburkanlah Suatu karakter, maka kamu akan menuai "Takdir/Nasib"


Saya pikir ini relevan dengan islam, dalam islam kita kenal "Allah tergantung dari persangkaan hamba-NYA"

adi begitu besarnya pengaruh kebiasaan yang dilakukan terhadap masa depan kita, tetapi kita LEBIH KUAT dari KEBIASAAN kita itu, karena kebiasaan itu bisa di ubah dengan tekat yang kuat. tentu akan berawal dari pikiran kita.

Ada setidaknya 6 kebiasaan yang bisa membantu kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita
1. Mengendalikan hidup
2. Meningkatkan percaya diri
3. Mengambil keputusan yang matang dan lebih baik
4. menemukan nilai dasar dari hidupmu dan apa yang paling penting bagimu
5. merasa lebih bahagia
6. selalu berfikir positif



Jumat, 15 Januari 2010

Usia Pernikahan Mempengaruhi Kemesraan!!!


* Sebelum Bobo:

6 weeks: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.
6 months: tolong matiin lampunya, silau nih.
6 years : Kesana-an doong… kamu tidur dempet2an
kayak mikrolet gini sih?!

* Pake Toilet:

6 weeks: ngga apa2, kamu duluan deh, aku ngga buru2
koq.
6 months: masih lama ngga nih?
6 years : brug! brug! brug! (suara pintu digedor),
kalo mau tapa di gunung kawi sono!

* Ngajarin Nyetir:

6 weeks: hati2 say, injek kopling dulu baru masukin
persenelingnya
6 months: pelan2 dong lepas koplingnya.
6 years : pantesan sering ke bengkel, masukin
persenelingnya aja kayak gini!

* Balesin SMS:

6 weeks: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku
beli martabak kesukaanmu dulu ya
6 months: mct bgt di jln nih
6 years : ok.

* Dating process:

6 weeks: I love U, I love U, I love U.
6 months: Of course I love U.
6 years : Ya iyalah!! kalau aku tdk cinta kamu,
ngapain nikah sama kamu??

* Back from Work:

6 weeks: Honey, aku pulang…
6 months: I’m BACK!!
6 years : Si mbok masak apa hari ini??

* Hadiah (ulang tahun):

6 weeks: Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang
kubeli
6 months: Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan
suasana ruang tengah
6 years : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe
mau

* Telepon:

6 weeks: Baby, ada yang pengen bicara ama kamu di
telpon
6 months: Eh…ini buat kamu nih…
6 years : WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH….ANGKAT
DUOOONG!!!

* Masakan:

6 weeks: Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu
lezaattt…! !!
6 months: Kita makan apa malam ini??
6 years : HAH? MAKANAN INI LAGI?

* Apology:

6 weeks: Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi
ya
6 months: Hati2! Nanti jatuh tuh.
6 years : KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU
BILANGIN

* Baju baru:

6 weeks: Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan
pakaian itu
6 months: Lho, kamu beli baju baru lagi?
6 years : BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

* Planning for Vacations:

6 weeks: Gimana kalau kita jalan2 ke Amerika atau
ketempat yg kamu mau honey?
6 months: Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai
pesawat…
6 years : JALAN2? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN
UANG AJA!

* TV:

6 weeks: Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?
6 months: Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.
6 years : JANGAN DIGANTI2 DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA
LIAT ORANG SENENG DIKIT APA ?!
(www.baitijannati.wordpress.com)

Kamis, 14 Januari 2010

Melihat sisi Agamanya

Para pendahulu kita yang shalih, sangat mempermudah urusan pernikahan wanita- wanita yang di bawah perwalian mereka, karena mereka lebih mementingkan sisi agama dan kemuliaan akhlak. Bahkan bila lelaki yang shalih belum kunjung datang meminang wanita mereka, tak segan mereka tawarkan putri atau saudara perempuan mereka kepada seorang yang shalih.


Al-Qur’an yang mulia telah berkisah tentang tawaran seorang lelaki tua yang shalih di negeri Madyan kepada Nabi Musa 'alaihissalam agar bersedia menikahi salah seorang putrinya:

“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternak mereka) dan di belakang orang banyak itu, ia dapati dua orang wanita yang sedang menghambat (ternak mereka). Musa bertanya, ‘Ada apa dengan kalian (hingga tidak ikut meminumkan ternak sebagaimana mereka)?’ Kedua wanita itu berkata, ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternak mereka), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.’ Maka Musa menolong kedua wanita tersebut dengan memberi minum ternak keduanya. Setelahnya, ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita tadi, ia berjalan dengan malu-malu. Ia berkata, ‘Ayahku memanggilmu untuk membalas (kebaikan)mu memberi minum ternak kami.’ Tatkala Musa menemui ayah si wanita dan menceritakan kisah dirinya, ayah si wanita berkata, ‘Janganlah engkau takut. Engkau telah selamat dari orang- orang yang dzalim itu.’ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Wahai ayahku, ambillah orang itu sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sebaik-baik orang yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’ Berkatalah ayah si wanita kepada Musa, ‘Sungguh aku bermaksud menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua putriku ini, atas dasar engkau bekerja denganku selama delapan tahun dan jika engkau cukupkan sampai sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu karena aku tidak ingin memberatkanmu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’. Dia (Musa) berkata: ‘Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan’.” (Al- Qashash: 23-28)


Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa lelaki ini. Ada beberapa pendapat dalam hal ini. Salah satunya adalah pendapat yang mengatakan lelaki itu adalah Nabi Syu’aib 'alaihissalam yang diutus Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada penduduk Madyan. Inilah yang masyhur menurut kebanyakan ulama. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu dan selainnya berpendapat demikian.


Pendapat lain mengatakan bahwa lelaki tersebut adalah saudara Nabi Syu’aib. Adapula yang berpendapat dia adalah lelaki mukmin dari kaum Syu’aib. Yang lain mengatakan, Syu’aib diutus pada masa yang jauh dari zaman Musa 'alaihissalam, karena Syu’aib berkata kepada kaumnya:
وَمَا قَوْمُ لُوْطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيْدٍ


“Tidaklah kaum Luth berada jauh dari kalian.” (Hud: 89)


Sementara masa kebinasaan kaum Luth terjadi di zaman Nabi Ibrahim 'alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`an. Dan diketahui bahwa jarak antara masa Nabi Ibrahim dengan Nabi Musa amatlah jauh, lebih dari 400 tahun, sebagaimana disebutkan lebih dari seorang ulama. Termasuk yang memperkuat pendapat bahwa lelaki itu bukanlah Nabi Syu’aib adalah seandainya benar dia Nabi Syu’aib niscaya Al- Qur`an akan menyebut namanya dalam ayat tersebut. (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 6/110)


Lihat pula apa yang dilakukan seorang sahabat Rasul yang kita tidak menyangsikan kemuliaan dan kedudukannya, ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu. Ketika putrinya Hafshah radhiyallahu 'anha menjanda karena ditinggal mati suaminya, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi radhiyallahu 'anhu di Madinah, ‘Umar radhiyallahu 'anhu mendatangi ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu yang belum lama ditimpa musibah dengan meninggalnya istrinya, Ruqayyah bintu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, guna menawarkan putrinya kepada ‘Utsman, sekiranya ‘Utsman berhasrat menikahinya. Namun ternyata ‘Utsman berkata, “Saya akan pertimbangkan urusanku.” ‘Umar pun menunggu beberapa hari. Ketika bertemu lagi, ‘Utsman berkata, “Aku putuskan untuk tidak menikah dulu dalam waktu-waktu ini.” Karena ‘Utsman telah memberikan isyarat penolakannya untuk menikah dengan Hafshah, ‘Umar pun menemui Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu dengan maksud yang sama, “Jika engkau mau, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah bintu ‘Umar,” kata ‘Umar. Namun Abu Bakr diam tidak berucap sepatah kata pun. Sikap Abu Bakr seperti ini membuat ‘Umar marah. Selang beberapa hari, ternyata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminang Hafshah. Betapa bahagianya ‘Umar dengan pinangan tersebut. Ia pun menikahkan Hafshah dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah pernikahan yang diberkahi tersebut, Abu Bakr menjumpai ‘Umar dan berkata, “Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau tawarkan Hafshah kepadaku namun aku tidak berucap sepatah kata pun? “
“Iya,” jawab Umar.
“Sebenarnya tidak ada yang mencegahku untuk menerima tawaranmu. Hanya saja aku tahu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebut-nyebut Hafshah, maka aku tidak suka menyebarkan rahasia Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Seandainya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak jadi meminang Hafshah, aku tentu mau menikahi Hafshah,” jawab Abu Bakr menjelaskan. (HR. Al-Bukhari no. 5122)


Satu kisah yang menghiasi kitab-kitab tarikh (sejarah) juga patut kita bawakan di sini. Kisah seorang tokoh tabi’in, Sa’id ibnul Musayyab rahimahullah, yang menawarkan putrinya kepada muridnya, Abdullah ibnu Abi Wada’ah. Abdullah ini bercerita, “Aku biasa duduk di majelis Sa’id ibnul Musayyab guna mendengarkan ilmu. Namun dalam beberapa hari aku absen dari majelisnya, hingga Sa’id merasa kehilangan diriku. Hingga suatu hari ketika aku menemuinya, ia bertanya, “Dari mana engkau?”
“Istriku meninggal dunia sehingga aku tersibukkan dengannya,” jawabku.
“Kenapa engkau tidak memberitahukan kepadaku hingga kami bisa menghadiri jenasahnya?” tanya Sa’id.
Setelah beberapa lama berada dalam majelis, aku ingin bangkit untuk pulang. Namun Sa’id menodongku dengan pertanyaan, “Apakah engkau ingin mencari istri yang baru?”
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatimu. Siapa yang mau menikahkan aku dengan wanitanya, sementara aku tidak memiliki apa-apa kecuali uang sebesar dua atau tiga dirham?” jawabku.
“Aku orangnya,” kata Sa’id.
“Engkau ingin melakukannya?” tanyaku
“Iya,” jawab Sa’id.
Ia pun memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian menikahkan aku dengan putrinya dengan mahar sebesar dua atau tiga dirham. Setelahnya aku bangkit untuk kembali pulang dalam keadaan aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat karena bahagianya. Aku kembali ke rumahku dan mulailah aku berpikir hingga tiba waktu maghrib. Usai mengerjakan shalat maghrib, aku kembali ke rumahku. Kuhidupkan pelita. Ketika itu aku sedang puasa, maka aku persiapkan makan malamku berupa roti dan minyak untuk berbuka. Tiba- tiba pintu rumahku diketuk. “Siapa?” tanyaku.
“Sa’id,” jawab si pengetuk.
Aku pun berpikir siapa saja orang yang bernama Sa’id, tanpa terlintas di benakku tentang Sa’id ibnul Musayyab, karena telah lewat waktu 40 tahun ia tak pernah terlihat ke mana-mana kecuali di antara rumahnya dan masjid [Karena Sa’id memakmurkan hari-harinya untuk memberikan pengajaran ilmu kepada manusia di rumah Allah Subhanahu wa Ta'ala]. Aku pun keluar menemui si pengetuk dan ternyata ia adalah Sa’id ibnul Musayyab. Semula aku menyangka ia akan membatalkan pernikahanku dengan putrinya. Aku berkata, “Wahai Abu Muhammad! Seandainya engkau mengutus seseorang untuk memanggilku niscaya aku akan mendatangimu.”
“Oh tidak! Engkau lebih pantas untuk didatangi,” ujarnya.
“Apa yang engkau perintahkan kepadaku?” tanyaku.
“Engkau tadinya membujang lalu engkau menikah, maka aku tidak suka engkau melewati malam ini sendirian. Ini istrimu!” kata Sa’id menunjuk seorang wanita yang berdiri tersembunyi di belakangnya. Ia membawa wanita yang telah menjadi istriku itu ke pintuku lalu menutupnya. Aku pun masuk menemui istriku. Ternyata kudapati ia wanita yang sangat cantik dan paling hafal terhadap Kitabullah, serta paling tahu tentang Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tentunya paling mengerti tentang hak suami.”


Demikian kisah Abdullah ibnu Abi Wada’ah yang beruntung mempersunting putri Sa’id ibnul Musayyab yang shalihah, jelita lagi cendekia. Padahal putri Sa’id ini pernah dipinang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk putranya, Al-Walid. Namun Sa’id enggan menikahkan putrinya dengan putra khalifah. Ia lebih memilih menawarkan putrinya kepada muridnya yang hidup penuh dengan kesederhanaan, namun sarat dengan ilmu dan keshalihan. (Siyar A’lamin Nubala`, 4/233-234)


Dari kisah-kisah di atas yakinlah kita bahwa menawarkan anak gadis, saudara perempuan atau keponakan kepada seorang lelaki yang shalih, bukanlah suatu cela. Bahkan hal itu menunjukkan itikad yang baik dari wali si wanita, yaitu memilihkan orang yang baik untuk wanitanya. Karena, seorang yang shalih bila mencintai istrinya ia akan memuliakannya. Namun bila tidak mencintai istrinya, ia tidak akan menghinakannya. Karenanya, janganlah para wali mempersulit urusan pernikahan wanita mereka dengan seseorang yang baik agama dan akhlaknya!


Wallahu a’lam bish-shawab.

Sabtu, 09 Januari 2010

Kiat-kiat Untuk Bahagia

1. Sadarilah bahwa jika anda tidak hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran anda, akan kacau semua urusan anda dan anda semakin menggungung kesedihan dan kegundahan dari diri anda. inilah makna dari sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: jika pagi tiba janganlah menunggu sore, jika sore tiba janganlah menunggu hingga waktu pagi"
2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada sesuatu yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.
3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam gaib. jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.
4. Jangan mudah tergoncang oleh kritikan. jadilah orang yang teguh pendirian dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri anda setara dengan kritikan tersebut.
5. Beriman kepada ALLAH dan beramal shaleh adalah kehidupan yang baik dan bahagia.
6. Barangsiapa yang menemukan ketenangan, keteduhan, dan kesenangan maka dia harus berdzikir kepada ALLAH
7. Jangan menunggu terima kasih dari orang lain
8. Persiapkan diri anda untuk menerima kemungkinan terburuk.
9. Semua qadha' bagi semua muslim baik adanya
10. Pikirkanlah tentang nikmat lalu bersyukurlah

Dr. 'Aidh Al Qarni

Abundance Mindset: Dasar Spiritualitas dalam Berpikir Menang-Menang

oleh Muhammad Asfar "Ada cukup cahaya untuk semua bintang bersinar." Apa Itu Abundance Mindset? Abundance mindset adalah cara ...