Memaknai Kegagalan

Seperti bayi yang tak diinginkan kelahirannya, tapi menjadi orang paling berguna ketika dewasa, daripada saudara-saudaranya.
Seberti anak kecil yang menangis, menjerit dan tidak mau lagi bangun ketika ia belajar jalan, tapi terus mencoba hingga bisa berlari.
Seperti ikhwah yang tdk bisa menikah dengan akhwat yang di idamka, tapi ternyata ia dijodohkan dengan seorang akhwat yang lebih baik dr ia idamkan.
Tamsil ini barangkali cocok untuk mengibaratkan sebuah kegagalan. Kegagalan, adalah realita yang –tak dipungkiri- tidak pernah diinginkan kehadirannya, tapi ternyata membawa hikmah yang luar biasa di balik punggungnya. Meski demikian, wajar jika tak seroang pun pernah menginginkan kegagalan menyapa dirinya. Itu karena sang hikmah tak pernah mau menampakkan diri tepat pada saat kegagalan menghampiri.
Yakinlah dibalik kegagalan itu ada hikmah yang luar biasa, namun celaka pulalah bagi yang tidak bisa melihat hikmah itu.
Kegagalan, apapun bentuknya selagi masih di dunia bukanlah kegagalan yang yang sebenarnya. Masih ada peluang untuk meraih keberhasilan. Asalkan tetap ada semangat, kerja keras dan kecerdasan untuk belajar dari kegagalan. Sehingga kegagalan bukanlah lembar terakhir dari buku kehidupan. Gagal menikah dengan akhwat yang di idamkan bukan berati ia tidak bisa lagi menikah.Gagal mendapat jodoh impian, tidak berarti harus membujang. Gagal lulus sekolah, bukan berarti masa depan suram. Banyak pengusaha kaya yang memiliki ‘pengalaman buruk’ dalam hal akademik. Masih ada yang lain, yang sangat mungkin jauh lebih baik dan berbagai kegagalan yang lain. Intinya kegagalan bukanlah akhir segalanya.

Kegagalan yang sesungguhnya adalah kegagalan dalam berusaha untuk menjadi hamba yang layak mendapat ridha-Nya. Kegagalan sejati adalah ketika seseorang benar-benar gagal, bangkrut dan tak memperoleh nilai di akhirat dari apa yang telah diusahakannya di dunia. Allah berfirman,

“Bekerja keras lagi kepayahan, -tapi- memasuki api yang sangat panas (naar).”, (QS. Al Ghasiyah:3-4)

Profil manusia paling gagal adalah manusia yang tidak beriman. Betapapun baiknya, betatapun dermawannya dan betapapun santunya ia di dunia, tetap saja dia akan gagal mendapatkan balasan dari kebaikannya di akhirat. Profil yang lain adalah seorang muflis, manusia bangkrut yang benar-benar bangkrut. Rasulullah bersabda,

“Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, sedekah dan shiyam. Tapi ia telah mengumpat ini, memukul si ini dan memakan harta si ini. Lalu diambilah kebaikannya untuk si ini dan si ini. Jika kebaikannya habis sebelum impas, kesalahan mereka akan diberikan kepadanya, lalu ia dijebloskan ke neraka.” (HR. Bukhari Muslim)

Maka, selagi masih di dunia, tidak ada kata gagal dan tidak perlu khawatir mengalaminya jika kita mampu memaknai kegagalan dengan benar. Yang harus kita waspadai adalah jangan sampai kita mengalaminya di akhirat. Karena akhirat adalah lembaran terakhir dari kisah perjalanan hidup kita. Wallahua’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan yang bersifat asam dan basa

Makanan yang bersifat asam dan basa (Lanjutan)

TERONG BELANDA