Cantik itu Relatif

SUNGGUH luar biasa pengaruh iklan. Mungkin Anda sempat merasa geli melihat sebuah iklan kosmetik yang ditayangkan di televisi? Masa sih akibat pemutih wajah bisa dapat calon pacar sekaligus dua? Atau gara-gara kulit muka putih calon mertua langsung kesengsem pada calon menantunya? Begitulah upaya iklan mencitrakan perempuan yang dikatakan menarik, masa kini. Antara lain wajahnya harus putih. Karena itu para wanita yang mudah terayu iklan langsung memburu produk yang bisa membuat kulit (wajah)-nya seputih kulit Putri Salju.

Sayangnya banyak yang lupa. Kita, wanita yang hidup di negara tropis telah dikaruniai kulit sawo matang yang sensual, begitu kata "orang bule". Namun anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu sering terlupakan dengan hadirnya rayuan-rayuan maut bernama iklan.

Pernah melihat gambar atau foto Michael Jackson masa kecil? Rasanya lebih manis dulu dibanding dengan kulit putihnya (berikut rombakan berbagai wajahnya akibat operasi plastik) sekarang ini. Rupanya bukan perempuan Indonesia saja yang tergila-gila memiliki kulit putih. Jackson yang berkulit lebih gelap dari bangsa kita pun rupanya ingin "menjadi putih". Saat ini citra "Putih itu Cantik " benar-benar dijejalkan ke benak setiap orang. Padahal bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, beragam pula warna kulitnya.

LALU, apa sih sebenarnya definisi cantik (secara fisik) itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (2002), cantik diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, rupa dan lainnya tampak serasi. Tidak dijelaskan secara rinci yang bagaimana yang serasi itu, apakah hidung mancung dengan bibir tebal? Atau hidung biasa dengan bibir kecil? Dan sebagainya. Akhirnya yang dinamakan cantik itu relatif dan sifatnya subjektif. Buktinya, pandangan orang tentang perempuan cantik pun dari masa ke masa selalu berubah.

Misalnya kecantikan seorang wanita Eropa pada abad pertengahan dikaitkan dengan masalah fertilitas atau kemampuan reproduksi. Jadi makin subur wanita atau mampu melahirkan banyak anak maka orang memandangnya makin cantik! Di abad ke-15, seorang perempuan seksi adalah perempuan dengan panggul dan perut besar dan dada yang montok. Pandangan ini bertahan hingga abad ke-17. Pada abad 19, definisi cantik bergeser bukan lagi pada soal kemampuan reproduksi tetapi pada bentuk wajah. Wajah yang bundar dipandang sangat jelita, apalagi ditambah tubuh yang bahenol nerkom pula. Menjelang abad 20, perempuan dipandang cantik jika ia memiliki pantat dan paha yang besar.

Jika saat ini wanita dikatakan indah jika bertubuh langsing, tidak demikian di masa lalu. Tubuh subur pernah menjadi lambang kecantikan. Itu terjadi di berbagai negara seperti Kepulauan Fiji di Laut Pasifik, Afrika, India bahkan Indonesia. Bukti sejarah tentang cantiknya wanita subur dapat ditemukan di relief Candi Borobudur. Sedangkan di Afrika dan India, tubuh subur tidak saja membuat perempuan dipandang cantik. Gemuk juga merupakan lambang kemakmuran hidupnya.

Anggapan indah untuk yang "serba besar ini" rontok oleh kemunculan seorang model Inggris yang kerempeng tahun 1965. Twiggy, nama model itu. Ia tampil menghebohkan dunia dengan tubuhnya yang luar biasa kurus. Anehnya ia langsung digandrungi. Dengan cepat orang beralih haluan. Berbagai upaya dilakukan untuk melangsingkan tubuh. Semakin tipis dan ringkih badan, semakin perempuan merasa cantik. Begitu bernafsunya kaum hawa menjadi langsing, banyak jalan pintas ditempuh. Sampai-sampai timbul penyakit baru bernama anoreksia/bulimia, yaitu penyakit yang ingin kurus dengan cara
memuntahkan kembali makanan yang baru ditelannya

Di Cina, pada abad ke-20 kecantikan seorang perempuan dilihat dari besar kecilnya kaki. Semakin kecil kaki seorang perempuan maka ia dianggap semakin cantik. Sebab itu, banyak orang tua pada masa itu mengikat kaki anak-anak perempuannya kuat-kuat agar tidak berkembang. Atau memakaikan sepatu terbuat dari keramik sehingga kaki mereka tidak tumbuh membesar.

Masa-masa itu adalah masa-masa menyakitkan bagi sang anak gadis. Seharusnya mereka menikmati masa kecil dan remajanya, malah harus duduk terpaku karena kakinya dikebat dengan kuat. Ketika bagian tubuh lainnya tumbuh, maka kakinya tetap kecil. Seringkali gadis yang dianggap cantik ini malah tidak bisa berjalan sempurna, karena kakinya begitu kecil !

Kaum perempuan suku Dayak yang memang sudah berkulit bersih, ternyata kecantikan tidak hanya dihargai dari kulitnya. Kaum perempuan maupun laki-lakinya berpendapat kecantikan wanita dilihat dari banyaknya anting yang menempel di telinganya. Semakin banyak anting yang tergantung di telinga, maka semakin cantik perempuan dayak. Tak heran jika saking beratnya beban anting digunakan, maka telinga semakin menjuntai, memanjang.

Sebuah suku di Afrika memandang perempuan berleher panjang adalah perempuan yang cantik. Untuk memperoleh leher panjang bak angsa tersebut, mereka mengalungi lehernya dengan kalung tebal.

Secara bertahap mereka memaksakan kalung-kalung berukuran tebal dan tinggi ini ke lehernya. Maka secara perlahan juga lehernya ikut memanjang. Dalam proses pemanjangan leher ini, tentu saja kesakitan dirasakan kaum perempuan ini. Ada pula yang terganggu pita suaranya, karena bentuk tenggorokan yang ikut berubah.

Asal tahu saja, sebenarnya justru semakin gelap warna kulit maka akan semakin aman terhadap sinar matahari. akan semakin sulit terkena pengaruh matahari. Berdasarkan responsnya terhadap pengaruh sinar matahari, jenis kulit manusia dibagi menjadi 3 ras. Pertama, Ras Kaukasoid, yaitu bila kulit terkena sorot matahari akan melepuh merah. Kedua, Ras Mongoloid, bila kulit terkena matahri akan menjadi gosong. Ketiga, Ras Negroid, yaitu jenis kulit yang sulit terpengaruh sinar matahari.

Iklan yang menyimpulkan putih itu cantik mungkin benar. Tetapi perlu diingat, tidak putih juga tetap cantik. Buktinya ada lagu "Hitam Manis".Lagi pula mungkin dunia akan aneh jika kulit manusia seragam semua, putih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan yang bersifat asam dan basa

Makanan yang bersifat asam dan basa (Lanjutan)

TERONG BELANDA