Seri Motivasi & Manajemen Diri Muslim

Kekuatan Motivasi
Oleh: Okke Nurtama

“… Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang
yang bertawakal.” (Ali 'Imran [3]: 159)

Dalam suatu sesi pelatihan motivasi, seorang motivator selaku trainer membawakan sebuah cerita. Memang terkesan seperti dongeng. Namun, pada prinsipnya bahwa seluruh peserta diminta mengambil “poin terpenting” di akhir cerita tersebut. Si trainer mulai menuturkan cerita tersebut.

“Suatu hari seorang pemburu bersama anjing terlatihnya masuk ke hutan untuk berburu. Pemburu ini lebih senang berburu tanpa senjata seperti bedil ataupun panah dan senjata tajam. Dia hanya mengandalkan keahlian anjingnya untuk menangkap binatang buruan yang dia inginkan. Soal keahlian anjingnya tak perlu diragukan lagi. Hampir seratus persen selalu berhasil mengejar dan menangkap mangsanya. Setelah masuk agak ke dalam hutan terlihat seekor kijang betina di kejauhan. Kijang itu sedang hamil rupanya. Walaupun ia sedang makan rerumputan namun telinganya senantiasa waspada terhadap bahaya pemangsa. Kontan saja si pemburu segera memberi perintah kepada anjing terlatihnya untuk menangkap kijang itu. Secepat kilat terjadilah sebuah adegan pengejaran seru: anjing jenis herder pemburu mengejar seekor kijang betina.

Sudah sepuluh menit berlalu, namun anjing itu belum berhasil menangkap buruannya. Boro-boro menangkap, menyentuh buruannya saja belum berhasil. Semakin gesit anjing itu mengejar, semakin cepat pula kijang itu berlari. Jalan berpohon-pohon, berbatu-batu, mendaki, menurun, hingga jalan yang datar sekalipun tidak memberi satu peluang pun bagi si anjing agar mudah menerkam mangsanya. Akhirnya setengah jam telah berlalu. Si anjing pun kehabisan napas dan menghentikan pengejarannya. Melihatsi anjing kini berhenti, si kijang berdiri saja dan tersenyum dekat si anjing sambil mengatur napas. Kemudian terjadilah dialog antara si anjing dengan si kijang. Si anjing berkata, ‘Jang, Jang (Kijang)… kenapa sih kamu larinya kencang
betul? Aku nggak sanggup lagi mengejar kamu. Padahal aku ini anjing terlatih, lho.
Selain itu, kamu juga sedang hamil, kan?’

Apa jawaban si kijang? Kalau cerita ini menjadi ajang iklan mungkin dijawab, ‘Kijang memang tiada duanya’, tapi tidak demikian, si kijang menjawab dengan sejujurjujurnya, ‘Jing (Anjing), nggak ada yang istimewa dari cara aku berlari. Kalau kamu berlari dengan tujuan hanya mengejar prestasi menyenangkan tuanmu, tapi kalau aku berlari karena ingin menyelamatkan nyawaku dan nyawa calon anakku di kandunganku. Inilah yang membedakan tujuan kita berlari, sehingga aku bisa berlari jauh lebih cepat dan lebih kuat daripada kamu.’” Setelah ditanyakan kepada peserta training motivasi itu tentang “poin terpenting” dari cerita tersebut, ternyata tak satu pun yang tepat menjawab. “Poin terpenting” yang dimaksud adalah “kekuatan motivasi”. Ya, motivasi dan sekaligus dengan kekuatannya memang bukan benda berwujud fisik, namun mampu menggerakkan seseorang—dalam hal ini “diperankan” oleh si kijang betina itu—dan
membuat proses kesuksesan berjalan menjadi jauh lebih baik.

“Keajaiban” Kekuatan Motivasi

Kekuatan motivasi memang identik dengan “keajaiban” pencapaian keberhasilan setiap orang. Semakin baik seseorang mempunyai motivasi diri, semakin baik dia memiliki persediaan kekuatan motivasi dirinya. Tentunya seorang muslim harus memiliki motivasi yang sangat tinggi, yaitu motivasi dalam koridor keridhaan Allah subehahu wata'ala—seperti telah dibahas dalam materi sebelumnya yang menyajikan bagaimana seorang muslim membuat (mengatur) visi dan misi hidupnya. Setelah kekuatan motivasi berubah menjadi ‘azam (tekad yang kuat), seorang muslim sudah seharusnya “berjalan” dalam proses aktivitasnya menuju ketakwaaan dan senantiasa bersabar dan bertawaka kepada Allah swt. dalam menempuh “perjalanannya” tersebut. Kisah di atas tentang “si kijang dan si anjing pemburu” memberi ibrah (pelajaran) penting bagi kita bahwa si kijang betina yang sedang hamil pun—tanpa kita sangka sebelumnya—ternyata mampu memiliki kekuatan motivasi yang luar biasa, jauh di atas kekuatan motivasi si anjing pemburu. Bukankah motivasi yang kuat untuk menyelamatkan nyawa dan nyawa calon anaknya itu—sebagai salah satu karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala. yang amat berharga bagi makhluk-makhluk-Nya—lebih baik dan lebih mulia daripada sekadar penghargaan prestasi di mata manusia? Walaupun si anjing pemburu itu terlatih, walhasil tanpa kekuatan motivasi yang benar dan maksimal ternyata pencapaian target keberhasilannya masih di bawah rencana.

Memanfaatkan Otak Kita

Motivasi memang merupakan gabungan dari berbagai faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku. Karena itu, motivasi dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup pribadi yang bersangkutan. Ia mampu mendorong seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali. Ia juga mampu membuat manusia menjadi semangat atau tidak semangat melakukan sesuatu. Motivasi dapat meningkat dan menurun sesuai perintah otak manusianya. Inilah hubungan yang sangat erat—yang dapat kita simpulkan—bahwa otak kita berperan penting dalam menghasilkan “keajaiban” kekuatan motivasi diri kita. Karena motivasi muncul dari otak manusia dan motivasi juga merupakan salah satu kerja otak, maka latihlah otak Anda yang telah Allah swt. ciptakan sangat canggih dengan latihanlatihan yang bersifat memicu, menyadarkan, dan meningkatkan motivasi Anda. Tidak mustahil, Anda akan memiliki kekuatan motivasi yang canggih karena berangkat dari otak Anda yang canggih dengan dilatih oleh cara-cara meningkatkan motivasi yang canggih pula. Insya Allah di kesempatan berikutnya kita akan membahas beberapa
langkah meningkatkan motivasi diri. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan yang bersifat asam dan basa

Makanan yang bersifat asam dan basa (Lanjutan)

TERONG BELANDA