Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Habit 7: Sharpen the Saw dalam Konteks Spiritual dan Sosial

Oleh Muhammad Asfar "Jika aku punya waktu enam jam untuk menebang pohon, aku akan menggunakan empat jam pertama untuk mengasah gergaji."  Abraham Lincoln Apa itu “Mengasah Gergaji”? “Gergaji” adalah alat kehidupan: tubuh kita, akal kita, hati kita, dan ruh kita. Habit 7 adalah ajakan untuk berhenti sejenak dari kesibukan, merawat alat utama kita, dan menyadari bahwa kelelahan lahir-batin butuh pemulihan terencana. 1. Spiritual Renewal – Asah Ruh dan Makna Hidup Kita bukan sekadar mesin produktif. Tanpa ruh yang segar, aktivitas menjadi hampa. Mengasah secara spiritual berarti  kembali ke tujuan hidup  “Untuk apa saya hidup hari ini?”.  Menjaga koneksi dengan Allah : shalat khusyuk, dzikir, tafakur.  Merefleksi peran dan amal : “Apakah aku sedang menuju ridha Allah atau sekadar mengejar target dunia?” “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.” (QS. Al-Kahfi: 28) Insight: Lalai mengigat Allah bisa...

Menanamkan Mindset “Asah Gergaji” Sejak Dini: Bekal Hidup yang Bertumbuh

oleh Muhammad Asfar “Gagal itu wajar. Tapi tidak bertumbuh adalah masalah besar.” Untuk Anak-Anak: Belajar Itu Asah Diri, Bukan Beban Banyak anak merasa sekolah itu melelahkan. Kenapa? Karena mereka hanya diajak "mencapai nilai", bukan menumbuhkan diri . Dengan mindset sharpen the saw , anak-anak belajar: -        Bahwa membaca buku = menguatkan pikiran -        Bermain sehat & tidur cukup = merawat fisik -        Minta maaf dan berbagi = mengasah emosi -        Shalat & dzikir = mengisi batin dengan cahaya “Nak, kamu nggak harus jadi yang terbaik. Tapi kamu harus jadi versi terbaik dari dirimu hari ini.” Untuk Mahasiswa: Jangan Kejar Gelar, Kejarlah Kapasitas Mahasiswa hari ini mudah terjebak pada sibuk tugas tanpa makna, cemas dengan IPK dan membandingkan pencapaian di media sosial. Mindset sharpen the saw mengajarkan bukan hanya kerja ker...

Kenali Gergajimu. Asahlah. Lalu Tumbuhkan Dampakmu

oleh Muhammad Asfar Setiap orang membawa gergaji kehidupan masing-masing. Bentuknya bisa berbeda, tapi fungsinya sama yaitu alat untuk menebang tantangan, membangun karya, dan menjalani peran hidup. Tapi pertanyaannya Adalah Apakah kita sudah mengidentifikasi gergaji kita?. Dan apakah kita rutin mengasahnya? Langkah 1: Identifikasi Gergajimu Kenali bakat dan potensimu karena satiap orang memiliki bakat dan potensi masing-masing yang unik. Maka identifikasi potensi terbesarmu. ·        Apa potensi terbesarmu? ·        Kekuatan apa yang sering kamu andalkan dalam menyelesaikan tugas hidupmu? ·        Apa peran inti yang Allah titipkan padamu? Contoh: Seorang penulis: gergajinya adalah pikiran dan kata-kata. Seorang guru: gergajinya adalah empati dan komunikasi. Seorang pengusaha: gergajinya adalah visi, keberanian, dan jaringan. Langkah 2: Asah Gergajimu Jang...

Habit 7: Asah Gergaji - Merawat Diri agar Tetap Tumbuh dan Berdampak

oleh Muhammad Asfar “Kita tidak bisa menuai dengan gergaji yang tumpul. Kita perlu berhenti sejenak bukan untuk malas, tapi untuk mengasah alat kita agar bisa lebih tajam.”  Stephen R. Covey Apa Itu Habit 7: Sharpen the Saw? Covey menggunakan analogi sederhana yaitu Bayangkan seseorang sedang menebang pohon, tapi pisaunya tumpul. Orang itu terus bekerja keras, berkeringat, tapi hasilnya minim. Ditanya, “Kenapa tidak berhenti sejenak untuk mengasah gergajimu?” Dia jawab, “Saya tidak punya waktu. Saya sibuk menebang pohon.” Padahal kalau dia berhenti sejenak untuk mengasah, dia akan bekerja lebih efektif, lebih cepat, dan lebih sehat. Kita pun Sama Kadang kita sibuk kerja, tapi lupa jaga tubuh. Sibuk urus orang lain, tapi abaikan hati sendiri. Sibuk kejar target, tapi kehilangan makna.Habit 7 mengingatkan kita: Performa terbaik lahir dari diri yang sehat dan terawat. 4 Dimensi Pengasahan Diri (Versi Covey) Fisikal (Physical). Menjaga tubuh dengan olahraga, tidur ...

Sinergi Bagi Seorang Pengusaha: Dari Kompetisi ke Kolaborasi Berkah

oleh Muhammad Asfar “Sendiri bisa cepat. Tapi bersama, kita bisa jauh. Asal bukan sekadar bersama tapi bersinergi.” Sinergi Bukan Sekadar Kerjasama Sebagai pengusaha, pasti telah bertemu banyak orang seperti  mitra, pesaing, pegawai, rekan komunitas, klien bahkan investor. Banyak di antara mereka pintar bekerja sama, tapi… tidak semua bisa bersinergi. Karena sinergi itu lebih dalam dari sekadar berbagi kerja. Sinergi adalah menyatukan visi , nilai , dan kepercayaan. Memaknai Sinergi dalam Dunia Bisnis Bagi saya, sinergi dalam bisnis artinya: Berani Mengakui Kelebihan Orang Lain. Saya tidak harus bisa segalanya. Saya perlu orang lain  yang lebih hebat, lebih teliti, lebih kreatif. Berpikir Bukan 'Apa Untungku?' Tapi 'Apa Manfaat Bersamanya?' Dalam sinergi sejati, kita mulai bertanya: “Apa hasil terbaik yang bisa muncul kalau kita satukan kekuatan?” Menumbuhkan Lingkungan yang Saling Percaya Tanpa kepercayaan, ...

Habit 6: Synergize, Ketika Perbedaan Melahirkan Kekuatan Baru

oleh Muhammad Asfar “Strength lies in differences, not in similarities.”  Stephen R. Covey Apa Itu Synergy? Sinergi adalah ketika 1 + 1 lebih dari 2. Ini bukan matematika, tapi keajaiban dari kolaborasi sejati.  Synergy terjadi ketika dua atau lebih individu menyatukan kekuatan dan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dicapai sendirian. Synergy Bukan Sekadar Kerjasama Banyak orang bekerja bersama, tapi tidak bersinergi. Kenapa? Karena m ereka tidak saling percaya, m ereka tidak saling mendengar dan m ereka menyamakan perbedaan bukan menghargainya. K erjasama bisa tanpa hati, tapi sinergi butuh kepercayaan dan penghargaan atas perbedaan. Kunci Sinergi: Perbedaan Itu Anugerah Covey mengajarkan “Perbedaan bukan ancaman tapi bahan baku inovasi.” Kita tidak harus setuju dalam semua hal untuk bekerja sama. Justru dari perbedaan itulah muncul sudut pandang baru, ide yang tidak kita pikirkan sendiri, dan solusi yang lebih kreatif dan menyeluruh Perspektif Spiritual: ...

Mendengar dengan Empati di Dunia Kerja: Kunci Kepemimpinan dan Kolaborasi yang Menghidupkan

oleh Muhammad Asfar “People don’t leave bad jobs. They leave workplaces where they don’t feel heard.” Mengapa Empati Dibutuhkan di Dunia Profesional? Seringkali kita menganggap tempat kerja cukup dengan SOP, target, dan KPI. Padahal, tempat kerja diisi oleh manusia yang penuh dengan emosi, dengan konflik pribadi dan dengan cerita yang tidak selalu terlihat. Karyawan tidak butuh atasan yang sempurna. Tapi mereka butuh atasan yang mau mendengar. 1. Mendengar dengan Empati: Peran Atasan ke Bawahan Seorang pemimpin hebat adalah pendengar yang aktif. Bukan hanya mendengar laporan, tapi mendengar man behind the report. Contoh: Bawahan: “Saya agak kesulitan menyelesaikan proyek ini tepat waktu.” Atasan empatik: “Boleh cerita lebih jauh, bagian mana yang paling menantang?” “Ada hal pribadi yang mungkin sedang memengaruhi kerja kamu?” Atasan yang empatik tidak buru-buru menghakimi. Dia membuka ruang aman agar bawahannya jujur, terbuka, dan akhirnya tumbuh. “Trust is built when someone feel...

Mendengar dengan Empati: Ketika Diam Menjadi Bahasa Kasih Sayang

oleh Muhammad Asfar “Empathy is not about fixing. It's about feeling with.” Mendengar Itu Mudah. Tapi Mendengar dengan Empati? Kita semua bisa mendengar . Tapi tidak semua bisa mengerti . Karena mendengar sejati bukan tentang telinga tapi hati. Stephen Covey menyebutnya: Empathic Listening — mendengar untuk memahami, bukan untuk merespons. Kenapa Mendengar Empatik Itu Sulit? Karena kita sering: Terburu-buru memberi solusi Merasa tahu isi hati orang lain Tidak tahan dalam keheningan Ingin menunjukkan kita lebih tahu Kita tidak sedang mendengar untuk mengerti , tapi untuk menang . Empati Bukan Diam. Tapi Hadir. Mendengar dengan empati adalah hadir secara penuh. Tanpa menghakimi. Tanpa langsung menyela. Tanpa mengalihkan cerita ke diri sendiri. Kalimat empati terdengar seperti: “Aku bisa bayangkan betapa beratnya itu.” “Kamu nggak sendirian.” “Terima kasih sudah cerita. Aku dengerin, ya.” Dan kadang… cukup diam dan hadir, sudah sangat me...

Habit 5: Berusaha Mengerti Dulu, Baru Dimengerti

oleh Muhammad Asfar Most people do not listen with the intent to understand; they listen with the intent to reply.  Stephen R. Covey Apa Makna Habit 5 ini? Habit ini mengajarkan bahwa komunikasi yang paling kuat tidak dimulai dari bicara, tetapi dari mendengar dengan empati . Banyak orang mendengar untuk membalas Tapi sedikit yang mendengar untuk memahami. Habit 5 adalah kunci untuk: Hubungan yang sehat Kepemimpinan yang berpengaruh Komunikasi yang menyembuhkan Pola Lama: Ingin Didengar Terlebih Dahulu Kita sering ingin langsung dimengerti: Ingin pasangan paham perasaan kita Ingin anak patuh pada nasihat kita Ingin bawahan mengikuti arahan kita Padahal... kita belum benar-benar hadir untuk mereka. Kita belum memahami latar belakang, emosi, atau cara pandang mereka. Apa Itu Mendengar dengan Empati? Bukan sekadar diam. Bukan hanya menyimak. Tapi: Hadir utuh Tidak menghakimi Tidak memaksakan solusi Mendengar isi kata dan isi hati Covey menyebutnya sebagai: Empathic Listenin...

Transformasi Hidup Dimulai dari Pola Pikir: Dari Ketakutan Menuju Keberlimpahan

oleh Muhammad Asfar “Hidup kita tidak ditentukan oleh keadaan, tapi oleh cara kita memaknai dan menyikapinya.” Perubahan Hidup Dimulai dari Pikiran Banyak orang berharap hidupnya berubah. Ingin rezeki lebih lancar. Ingin relasi lebih hangat. Ingin karier lebih bermakna. Tapi tidak sadar: Yang pertama harus diubah bukan pekerjaan, pasangan, atau lingkungan… tapi pola pikir. Karena sebagaimana kata Covey: “All things are created twice: first in the mind, then in reality.”   Scarcity Mindset: Pola Pikir yang Mengkerdilkan Pola pikir sempit atau scarcity mindset adalah pola pikir yang: Takut kekurangan (“Kalau aku berbagi, nanti aku tidak cukup”) Mudah iri (“Kenapa dia bisa duluan, padahal aku lebih layak?”) Penuh syak wasangka pada rezeki Allah (“Kenapa belum datang-datang juga padaku?”) Scarcity mindset bukan cuma menyulitkan hubungan. Ia membebani hati. Ia menciptakan ketakutan di kepala, dan kecemasan dalam langkah. Abundance Mindset Mengubah Segalany...

Abundance Mindset: Keyakinan bahwa Allah Maha Kaya

oleh Muhammad Asfar “Rezeki kita tidak ditentukan oleh siapa yang lebih dulu, tapi oleh siapa yang Allah kehendaki.” Ada masa dalam hidup saya — seperti banyak orang lain — di mana saya merasa takut tertinggal. Melihat orang lain sukses lebih cepat. Usahanya berkembang. Postingannya viral. Bukunya terbit. Dan saya, masih di titik yang sama. Merasa jalan saya lebih lambat, lebih sepi, lebih biasa. Tapi semakin saya renungkan, semakin saya sadar: yang membuat hati sempit bukan kenyataan — tapi cara pandang. Saya sedang melihat dunia dengan kacamata sempit : “Kalau dia dapat, saya tidak.” “Kalau dia lebih dulu, saya ketinggalan.” Padahal... Allah Maha Kaya. Maha Luas. Maha Memberi. Apa mungkin hamba-hamba-Nya harus saling berebut seolah rezeki-Nya terbatas? Keyakinan tentang Allah yang Membebaskan Saat saya belajar memahami abundance mindset dalam kacamata tauhid, saya menemukan kedamaian yang luar biasa. Allah tidak menciptakan satu jalur sukses. Allah tidak hanya menyed...

Abundance Mindset: Dasar Spiritualitas dalam Berpikir Menang-Menang

oleh Muhammad Asfar "Ada cukup cahaya untuk semua bintang bersinar." Apa Itu Abundance Mindset? Abundance mindset adalah cara pandang bahwa dunia ini tidak kekurangan tapi melimpah. Bahwa: Rezeki bukan rebutan Kesuksesan bukan zero-sum game Keberhasilan orang lain bukan ancaman, tapi inspirasi Dalam konteks Habit 4: Think Win-Win , abundance mindset adalah kunci . Tanpa itu, seseorang akan selalu memilih: Menang sendiri Menekan orang lain Merasa terancam kalau orang lain bersinar Lawan dari Abundance: Scarcity Mindset Orang dengan  scarcity mindset  hidup dengan ketakutan dan rasa sempit: Scarcity Mindset Abundance Mindset “Kalau dia berhasil, aku kalah”            “Kalau dia berhasil, aku ikut bahagia” “Kesempatan itu cuma satu”             “Allah Maha Luas rezeki-Nya” “Aku harus lebih dari dia”             “Aku harus lebih baik dari diriku kemarin” Perspektif Spiritual: ...