Langsung ke konten utama

Studi Kasus Tokoh: Imam Syafi’i dan Habit “Begin with the End in Mind”

“Waktu adalah seperti pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, ia akan menebasmu.”
— Imam Syafi’i

Imam Syafi’i (rahimahullah) adalah salah satu imam mazhab fikih terbesar dalam sejarah Islam, yang hidup pada abad ke-8 M.
Beliau dikenal sebagai sosok yang:

  • Cerdas luar biasa

  • Rajin menuntut ilmu sejak kecil

  • Produktif dalam menulis dan berdakwah

  • Dan dikenang sepanjang zaman

Apa rahasianya?

Salah satunya adalah karena beliau hidup dengan visi yang sangat jelas — tentang tujuan penciptaannya dan warisan yang ingin ia tinggalkan.


Begin with the End in Mind ala Imam Syafi’i:

  1. Beliau Merancang Hidup untuk Ilmu & Ibadah Sejak Kecil
    Dalam usia belasan tahun, beliau sudah hafal Al-Qur’an dan ratusan ribu hadits.
    Beliau melakukan perjalanan panjang ke Makkah, Madinah, Kufah, Baghdad, Mesir — demi satu hal: menghidupkan ilmu yang bermanfaat.

  2. Visi Warisan Ilmu yang Kekal
    Imam Syafi’i sangat sadar bahwa hidup ini pendek.
    Maka ia menulis, mengajar, membina murid-muridnya — bukan untuk popularitas, tapi karena ia tahu:

    “Amal yang terus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat.”

    Bahkan hari ini, lebih dari 1.200 tahun setelah wafatnya, kitab Ar-Risalah dan pemikiran-pemikirannya masih dipelajari di seluruh dunia Islam.

  3. Menyelaraskan Langkah Harian dengan Visi Akhirat
    Beliau mengatur waktunya, perjalanannya, bahkan tidur dan makannya — dengan kesadaran bahwa setiap detik adalah bekal menuju akhirat.

            “Siapa yang ingin bahagia di akhirat, hendaknya ia bersabar atas lelahnya mencari ilmu.”

Imam Syafi’i adalah gambaran nyata dari pribadi yang hidup bukan karena arus zaman, tapi karena arah yang ditetapkan oleh nilai dan visi.

“Begin with the End in Mind bukan sekadar teori Barat. Para ulama telah mempraktikkannya sejak dulu — dengan cara yang jauh lebih mendalam.”


📘 Baca juga di seri ini:
➡️ 7 Habits of Highly Effective People: Perjalanan Menuju Keefektifan Hakiki 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencoklatan Enzimatis

Tipe pencoklatan ini terjadi pada beberapa buah dan sayuran seperti kentang, apel, dan pisang apabila jaringannya memar, dipotong, dikupas kena penyakit atau karena kondisi yang tidak normal. Jaringan yang memar akan cepat menjadi gelap apabila kontak denga udara, atau disebabkan oleh konversi senyawa fenol menjadi melanin berwarna coklat. Enzim yang berperan dalam reaklsi pencoklatan ada beberapa macam seperti poifenol oksidase atau fenolase (o-difinol : oksigen oksidoreduktase, EC 1.10.3.1). untuk berlangsungnya reaksi pencoklatan yang dikatalis oleh enzimtersebut maka harus tersedia gugus prostetik Cu2+ dan oksigen. Tembaga dalambentuk monovalen dijumpai pada fenolase jamur merang, sedangkan bentuk divalennya terdapat pada enzim kentang, fenolase diklasifikasikan sebagai suatu oksidase-reduktase dan fungsi oksigen adalah sebagai aseptor hidrogen. Enzim ini juga terdapat dalam kapang dan beberapa jaringan hewan, tetapi perannanya tidak penting ditinjau dari segi sistem pangan. Me...

Makanan yang bersifat asam dan basa

Siang itu kami dipanggil menghadap pimpinan. Beliau mau tahu berkembangan selama beberapa hari ini selama ia tinggalkan kantor. Beliau dari kuala Lumpur berobat. setelah ku jelaskan beberapa perkembangan beberapa hari ini. akhirnya ia angkat bicara tentang sakit yang beliau derita. Untuk masa penyembuhan disarankan untuk mengkomsumsi makanan yang besifat basa dan menghindari makanan yang bersifat asam katanya di akhir penjelasannya. "tau makanan yang bersifat asam?" tanya beliau menguji kami ini dia nih tabel makanan asam basanya : Sebaiknya lebih banyak mengkonsumsi makanan yang basa dibandingkan dengan makanan yang asam. Jika banyak makan makanan yang bersifat asam maka segera seimbangkan dengan makanan yang bersifat basa. Atas dasar itulah maka sate kambing (berkadar asam tinggi) selalu dilengkapi dengan bawang (berkadar basa tinggi), coklat (chocolate) diisi dengan almond, dstnya.

Menikah/Walimah

Hampir setiap ketemu dengan teman-teman lama ada satu pertanyaan yang tak pernah terlupakan mereka tanyakan. seakan-akan mereka telah sepakat ketika bertemu dengan ana mereka bertanya ; - antum sudah walimah ? ana jawab "belum". - Kapan? antum ini sudah pantas untuk segera walimah !!. ana jawab "Doakan saja akh, semoga Allah Mudahkan urusannya dan menujukkan akhwat yang terbaik". - segerakanmi akhi!!! ana jawab "aamiiin, aamiin, aamiin ya rabbal 'alamin". mungkin seperti itulah inti pertanyan mereka. ana pun kalo ketemu dengan teman2 lama. Untuk membuka bicaraan biasanya juga tanya2 seperti itu, walaupun ana sudah tau teman ini belum menikah. sampai2 ana pernah ketemu teman SMA, ia juga menyampaikan hal yang sama seperti yang saya ceritakan diatas. kurang lebih dia katakan: kenapa yah kalo ketemu teman topik walimah terus dibicarakan, antum juga bicara soal walimah!!. saya katakan mungkin sudah waktunya kita pikirkan untuk segera menikah akhi. he..h...