oleh Muhammad Asfar
“Rezeki kita tidak ditentukan oleh siapa yang lebih dulu, tapi oleh siapa yang Allah kehendaki.”
Ada masa dalam hidup saya — seperti banyak orang lain — di mana saya merasa takut tertinggal.
Melihat orang lain sukses lebih cepat. Usahanya berkembang. Postingannya viral. Bukunya terbit.
Dan saya, masih di titik yang sama. Merasa jalan saya lebih lambat, lebih sepi, lebih biasa.
Tapi semakin saya renungkan, semakin saya sadar:
yang membuat hati sempit bukan kenyataan — tapi cara pandang.
Saya sedang melihat dunia dengan kacamata sempit:
“Kalau dia dapat, saya tidak.”
“Kalau dia lebih dulu, saya ketinggalan.”
Padahal... Allah Maha Kaya. Maha Luas. Maha Memberi.
Apa mungkin hamba-hamba-Nya harus saling berebut seolah rezeki-Nya terbatas?
Keyakinan tentang Allah yang Membebaskan
Saat saya belajar memahami abundance mindset dalam kacamata tauhid, saya menemukan kedamaian yang luar biasa.
Allah tidak menciptakan satu jalur sukses.
Allah tidak hanya menyediakan satu kursi untuk orang yang tumbuh.
Allah menciptakan beragam jalan — dan setiap kita punya takaran masing-masing.
Sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sungguh, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra’: 30)
Abundance Mindset Bukan Sekadar Positif Thinking
Bagi saya, abundance mindset adalah bentuk tinggi dari tawakal dan ridha.
Ia bukan sekadar optimis.
Ia adalah:
- Percaya bahwa ada kebaikan untukku di waktu yang tepat.
- Yakin bahwa saya bisa memberi tanpa takut kekurangan.
- Teguh bahwa Allah akan mencukupkan bahkan dari arah yang tak disangka.
Apa yang Berubah Saat Kita Yakin Allah Maha Kaya?
-
Kita berhenti membandingkan
Tidak lagi iri karena sadar: jalan orang lain bukan jalan kita. -
Kita lebih mudah memberi
Karena yakin: yang kita beri, tidak akan mengurangi. -
Kita lebih tenang dalam perjalanan
Karena percaya: ada waktu terbaik yang ditulis khusus untuk kita.
Sebuah Catatan untuk Diri
Kini, saat saya menulis, bekerja, mengajar, atau membangun sesuatu — saya tidak lagi tergesa.
Saya tahu Allah punya rhythm terbaik untuk hidup saya.
Saya tidak perlu berkompetisi dalam kecemasan.
Saya hanya perlu taat dalam proses, ikhlas dalam hasil.
Dan itulah abundance mindset menurut saya:
➡️ Melimpah bukan karena kita punya segalanya.
➡️ Tapi karena kita percaya sumbernya tidak pernah habis: Allah yang Maha Kaya.
“Berpikir berlimpah bukan tentang banyaknya yang kita miliki, tapi tentang siapa yang kita percaya sebagai pemberi segalanya.”
Jika kamu sedang merasa tertinggal, berhentilah sejenak. Bukan untuk menyerah, tapi untuk ingat:
Langit masih luas. Rahmat Allah tidak sempit. Dan waktu-Nya tak pernah salah.
Komentar