Langsung ke konten utama

Ketika Saya Memilih untuk Tidak Menyalahkan: Pelajaran dari Habit “Be Proaktif”

oleh Muhammad Asfar

Beberapa tahun lalu, saya pernah menghadapi situasi yang cukup mengguncang.
Sebuah program yang saya inisiasi di kampus — yang saya pikir sudah disusun dengan matang — ternyata mendapat kritik keras dari salah satu rekan senior. Bukan hanya idenya dipatahkan, tapi saya pun disudutkan di depan banyak orang.

Saya pulang dengan hati kesal.
Saya sempat berpikir,

“Kenapa dia tidak menghargai usaha saya?”
“Andai saja dia lebih terbuka, pasti semuanya bisa berjalan lebih baik…”

Saya berada di titik di mana saya merasa korban dari situasi.

Selama beberapa hari, saya merasa kecewa, marah, bahkan ingin mundur dari peran tersebut.
Tapi ada satu momen sunyi setelah subuh, saat saya membuka kembali catatan pribadi saya yang berisi 7 Habits.

Saya terdiam cukup lama di habit pertama:

Be Proactive – “Saya bertanggung jawab atas hidup saya sendiri.”

Saya sadari, saya tidak bisa mengontrol sikap orang lain.
Tapi saya bisa memilih:

  • bagaimana saya menanggapi,

  • bagaimana saya bersikap ke depan,

  • bagaimana saya tetap bertumbuh dari kritik yang tidak menyenangkan.

Hari itu saya memilih untuk menulis ulang seluruh proposal, bukan untuk membuktikan bahwa saya benar, tapi karena saya ingin lebih baik. Saya juga memilih untuk mengajak rekan tersebut berdiskusi pribadi. Bukan untuk membalas, tapi untuk mengerti sudut pandangnya.

Apakah semuanya langsung berubah? Tidak.
Tapi satu hal yang pasti berubah: cara saya memimpin diri saya sendiri.

Dan dari sana, kepercayaan mulai tumbuh kembali. Program berjalan lebih baik. Dan saya tumbuh — bukan karena semuanya mulus, tapi karena saya memilih untuk tidak menyalahkan, dan tetap berjalan dengan nilai yang saya pegang.

Menjadi proaktif bukan berarti kita selalu benar.
Tapi berarti kita selalu memilih untuk tidak menjadi korban.

Proaktif adalah keberanian untuk mengambil alih tanggung jawab, bahkan saat dunia tidak berjalan sesuai harapan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencoklatan Enzimatis

Tipe pencoklatan ini terjadi pada beberapa buah dan sayuran seperti kentang, apel, dan pisang apabila jaringannya memar, dipotong, dikupas kena penyakit atau karena kondisi yang tidak normal. Jaringan yang memar akan cepat menjadi gelap apabila kontak denga udara, atau disebabkan oleh konversi senyawa fenol menjadi melanin berwarna coklat. Enzim yang berperan dalam reaklsi pencoklatan ada beberapa macam seperti poifenol oksidase atau fenolase (o-difinol : oksigen oksidoreduktase, EC 1.10.3.1). untuk berlangsungnya reaksi pencoklatan yang dikatalis oleh enzimtersebut maka harus tersedia gugus prostetik Cu2+ dan oksigen. Tembaga dalambentuk monovalen dijumpai pada fenolase jamur merang, sedangkan bentuk divalennya terdapat pada enzim kentang, fenolase diklasifikasikan sebagai suatu oksidase-reduktase dan fungsi oksigen adalah sebagai aseptor hidrogen. Enzim ini juga terdapat dalam kapang dan beberapa jaringan hewan, tetapi perannanya tidak penting ditinjau dari segi sistem pangan. Me...

Makanan yang bersifat asam dan basa

Siang itu kami dipanggil menghadap pimpinan. Beliau mau tahu berkembangan selama beberapa hari ini selama ia tinggalkan kantor. Beliau dari kuala Lumpur berobat. setelah ku jelaskan beberapa perkembangan beberapa hari ini. akhirnya ia angkat bicara tentang sakit yang beliau derita. Untuk masa penyembuhan disarankan untuk mengkomsumsi makanan yang besifat basa dan menghindari makanan yang bersifat asam katanya di akhir penjelasannya. "tau makanan yang bersifat asam?" tanya beliau menguji kami ini dia nih tabel makanan asam basanya : Sebaiknya lebih banyak mengkonsumsi makanan yang basa dibandingkan dengan makanan yang asam. Jika banyak makan makanan yang bersifat asam maka segera seimbangkan dengan makanan yang bersifat basa. Atas dasar itulah maka sate kambing (berkadar asam tinggi) selalu dilengkapi dengan bawang (berkadar basa tinggi), coklat (chocolate) diisi dengan almond, dstnya.

Menikah/Walimah

Hampir setiap ketemu dengan teman-teman lama ada satu pertanyaan yang tak pernah terlupakan mereka tanyakan. seakan-akan mereka telah sepakat ketika bertemu dengan ana mereka bertanya ; - antum sudah walimah ? ana jawab "belum". - Kapan? antum ini sudah pantas untuk segera walimah !!. ana jawab "Doakan saja akh, semoga Allah Mudahkan urusannya dan menujukkan akhwat yang terbaik". - segerakanmi akhi!!! ana jawab "aamiiin, aamiin, aamiin ya rabbal 'alamin". mungkin seperti itulah inti pertanyan mereka. ana pun kalo ketemu dengan teman2 lama. Untuk membuka bicaraan biasanya juga tanya2 seperti itu, walaupun ana sudah tau teman ini belum menikah. sampai2 ana pernah ketemu teman SMA, ia juga menyampaikan hal yang sama seperti yang saya ceritakan diatas. kurang lebih dia katakan: kenapa yah kalo ketemu teman topik walimah terus dibicarakan, antum juga bicara soal walimah!!. saya katakan mungkin sudah waktunya kita pikirkan untuk segera menikah akhi. he..h...